pd-T-15-2005 (Pedoman Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan)

Posted by HB on Sunday, May 16, 2010 , under | comments (0)



 

 

 

 

 

pd-T-15-2005 Pedoman perhitungan biaya operasi kendaraan, ini disusun oleh Panitia Teknik Standardisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus Kerja Ekonomi Transportasi pada Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi. Pedoman ini  diprakarsai oleh Puslitbang Prasarana Transportasi, Badan Penelitian dan Pengembangan ex. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Pedoman ini disusun berdasarkan hasil-hasil penelitian biaya operasi kendaraan yang telah dilakukan oleh Puslitbang Prasrana Transportasi pada Tahun 1997 sampai dengan Tahun 2001. Pedoman ini merupakan pedoman perhitungan biaya operasi kendaran Bagian I : biaya tidak tetap (running cost), Bagian II : biaya tetap (fixed cost) : masih dalam proses penyusunan dan diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam perhitungan biaya operasi kendaraan pada ruas jalan. Tata cara penulisan pedoman ini mengacu pada pedoman dari Badan Standardisasi Nasional   No. 8 tahun 2000 dan dibahas melalui konsensus stakeholders prasarana transportasi sesuai pedoman BSN No. 9 tahun 2000.

 

 

 

http://www.ziddu.com/download/9890388/pd-t-15-2005.rar.html

SNI 1973 - 2008 (Cara Uji Berat Isi, Volume Produksi Campuran dan Kadar Udara Beton)

Posted by HB on , under | comments (0)



 

 

 

 

 

SNI 1973 - 2008 Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton adalah revisi dari SNI 03-1973-1990 Metode pengujian berat isi beton.. Adapun perbedaan dengan SNI sebelumnya terletak pada kapasitas wadah ukur yang digunakan,  jumlah tusukan pada bagian pemadatan, dan pada bagian perhitungan.   Standar ini disusun oleh Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Subpanitia Teknis Rekayasa Jalan dan Jembatan.   Tata cara penulisan disusun mengikuti Pedoman Standardisasi Nasional 08:2007 dan dibahas pada forum rapat konsensus yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 5 Mei 2006 oleh Subpanitia teknis Rekayasa Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan  Bandung  dengan melibatkan para nara sumber, pakar dan lembaga terkait.

 

 

 

http://www.ziddu.com/download/9890387/SNI1973-2008.rar.html

Curing (Perawatan) Beton

Posted by HB on Wednesday, May 12, 2010 , under | comments (0)



 

 

 

 

 

Curing

 

 

1. Pengertian

 

Curing adalah proses mengatur laju dan tingkat kehilangan kelembaban dari beton selama hidrasi semen.

 

 

 

Effect of duration of water curing on strength of concrete    Effect of duration of water curing on the permeability of cement paste 

 

 

 

2. Tujuan Curing

 

Menahan kelembaban didalam beton pada waktu semen berhidrasi, dan karena hal tersebut akan tercapainya kekuatan struktur yang diinginkan dan tingkat kekedapan (impermeabilitas) yang disyaratkan untuk ketahanannya.

 

 

 

3. Akibat Beton Tidak Terawat

 

Penguapan mengakibatkan kehilangan air, sehingga proses hidrasi terhenti, dengan konsekuensi :

 

  • Berkurangnya peningkatan kekuatan.
  • Penyusutan kering yg terlalu awal dan cepat, mengakibatkan timbulnya tegangan tarik  yg menyebabkan beton retak.

 

 

4. Cara – Cara Perawatan Beton yang Umum Digunakan

  •  
  • Lapisan pasir yang dibasahi dengan tebal tidak kurang dari 5 cm ditaruh diatas permukaan beton yang sedang kita rawat.
  • Permukaan beton ditutup dengan karung yang dibasahi terus menerus.
  • Dengan mempergunakan lapisan curing compound.
  • Digenangi air diatas pelat beton, dengan terlebih dahulu membuat tonjolan tanah liat sekeliling daerah yang akan digenangi.
  • Ditutup dengan membrane kedap air seperti politherene atau kertas berlapis ter
  • Perawatan dengan uap biasanya untuk beton pracetak.
  •  

 

 

Effectiveness of plastic sheeting compared to standard curing

 

 

5. Perawatan Beton dengan Air

 

  • Menggunakan semprotan terus menerus (untuk menahan erosi semprotan air, gunakan karung goni lembab dibawah semprotan air),
  • Air yg mengalir atau kolam,
  • Penyelimutan dengan pasir, goni atau bahan penyerap lainnya yg lembab secara terus menerus.

 

 

Chart major features of curing with added water

 

Ponding method of water curing

 

 

 

6. Perawatan Beton dengan Pembasahan

 

  • Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yg terlalu panas, dan gangguan mekanis.
  • Perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah), diselimuti dengan bahan yg dapat menyerap air (dalam keadaan basah) paling sedikit selama 7 hari.
  • Untuk yg mengandung fly Ash minimal 10 hari
  • Semua bahan perawatan/lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan beton yang dirawat.
  • Bilamana acuan kayu tidak dibongkar, maka acuan harus dalam kondisi basah sampai acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan pengeringan beton.
  • Permukaan beton yg langsung digunakan sebagai lapis aus harus dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dg ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 50 mm paling sedikit 21 hari.
  • Beton semen yg mempunyai sifat kekuatan awal yg tinggi, harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton umur 28 hari.

 

 

7. Perawatan Beton dengan Uap

 

  • Beton yg dirawat dg uap untuk mendapatkan kekuatan awal yg tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali atas persetujuan direksi pekerjaan
  • Perawatan dg uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu dimana beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton berumur 28 hari.
  • Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi tekanan atmosphir
  • Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh melebihi 38ºC selama beton dalam proses pengikatan awal (minimal 2 jam setelah pengecoran selesai), kemudian temperatur dinaikan berangsur-angsur sampai mencapai 65ºC dengan kenaikan temperatur maksimum 14ºC perjam secara bertahap.
  • Perbedaan temperatur pada dua tempat didalam ruangan uap tidak boleh melebihi 5,5ºC
  • Penurunan temperatur selama pendinginan secara bertahap dan tidak boleh lebih dari 11ºC per jam
  • Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang penguapan tidak boleh lebih dari 11ºC dibanding udara luar
  • Selama perawatan dg uap, ruangan harus selalu jenuh dg uap air.
  • Semua bagian struktural yg mendapat perawatan dg uap harus dibasahi selama 4 hari sesudah selesai perawatan dg uap tersebut.
  • Pipa uap harus diatur atau beton harus dilindungi agar tidak terkena langsung semburan uap, yg akan menyebabkan perbedaan temperatur pada bagian-bagian beton.
  •  
  •  
  • Spray application of curing compound 
  •  

8. Perawatan Beton dengan Lembaran Kedap Air

  •  
  • Lembaran plastik tipis atau kertas kedap air
  • Menahan penguapan air pencampur beton
  • Melindungi beton dari kerusakan selama pelaksanaan
  • Hindari plastik berwarna gelap selama cuaca panas, kecuali untuk bagian dalam
  • Beton harus basah pada saat lembaran kedap air dipasang dan secara berkala dibasahi.
  •  
  •  
  •  

9. Ringkasan Pemilihan Metode Curing

 

 

Sum